BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Di dalam kehidupan sehari-hari, kata Resiko sudah
sering terdengar dan sudah biasa diucapkan dalam pembicaraan sehari-hari oleh
banyak orang. Resiko adalah kemungkinan
sebuah ancaman tertentu memanfaatkan kelemahan
sistem tertentu (Peltier, 2005). Sedangkan menurut (Dorofee, 2003), resiko
adalah kemungkinan terkenanya bencana atau kerugian; sebuah potensi dari
konsekuensi negatif yang tidak diinginkan dari suatu kejadian. Resiko ini
menunjuk pada situasi dimana seseorang dapat melakukan sesuatu yang tidak
diinginkan atau sebuah kejadian alam yang dapat menyebabkan akibat yang tidak
diinginkan, mengakibatkan dampak negatif.
Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang
dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang
akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu
keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak
dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian (Wikipedia, 2013).
Ketiga definisi tersebut mengungkapkan bahwa resiko
merupakan kemungkinan terkenanya sebuah bahaya/akibat/konsekuensi/ancaman/ bencana/kerugian
tertentu yang terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau
kejadian yang akan datang, atau dengan kata lain resiko ini menunjukkan situasi
dimana seseorang melakukan sesuatu yang tidak diinginkan, yang dapat
menyebabkan akibat yang tidak diinginkan, serta mengakibatkan dampak negatif. Resiko itu sendiri terbagi menjadi beberapa
macam, seperti resiko kebakaran, kecelakaan, bencana alam (gempa bumi, gunung
meletus, tsunami, longsor, dan lain sebagainya). Berbagai macam resiko tersebut dapat
menyebabkan kerugian jika tidak diantisipasi.
Oleh karena itu, sebelum terjadinya berbagai resiko tersebut sebaiknya
kita antisipasi agar kita tidak mendapatkan kerugian.
Resiko itu sendiri berhubungan dengan ketidakpastian
yang terjadi karena kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang lengkap
tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu
yang tidak pasti (uncertain) itu
dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Dalam beberapa tahun terakhir,
manajemen resiko menjadi trend utama,
baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya
manajemen resiko dalam dunia bisnis pada masa kini.
Setelah kita mengidentifikasi resiko, maka tindakan
selanjutnya adalah mengukur resiko. Dengan mengukur resiko kita bisa mengetahui
seberapa besar resiko itu. Apabila
resiko tersebut telah diukur, maka selanjutnya resiko tersebut harus dikendalikan
agar kita dapat menghindari resiko yang akan terjadi dan dapat mengendalikan
kemungkinan terjadinya kerugian.
Dalam mengendalikan resiko tersebut diperlukan
adanya pendekatan-pendekatan yang dapat menangani resiko. Pendekatan-pendekatan itu sendiri terbagi
menjadi 3 yakni pendekatan kualitatif, pendekatan kuantitatif, dan pendekatan
semi kuantitatif. Ketiga pendekatan itu
pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui hubungan timbal balik antara resiko
dengan pendekatan tersebut.
Pendekatan kualitatif terdapat pendekatan dua
langkah dan metode pendaftaran sementara.
Pendekatan dua langkah sering disebut dengan metode asuransi. Dalam
metode asuransi ini, manajer risiko harus menyiapkan suatu daftar penutupan asuransi (insurance coverage) yang dirasa paling
jitu menutup kerugian ini. Sedangkan
dalam metode pendaftaran sementara, manajer risiko harus menetapkan kombinasi
penutupan asuransi yang dapat memberikan perlindungan terbaik terhadap risiko
yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan.
Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis
tertarik membuat makalah ini dengan judul, “PENDEKATAN KUALITATIF DALAM PENANGANAN RESIKO”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,
maka rumusan masalah yang akan penulis kemukakan adalah “Bagaimanakah
pendekatan kualitatif dalam penanganan resiko?”.
Adapun rumusan masalah khususnya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah
dimensi pendekatan kualitatif dalam penanganan resiko?
2. Bagaimanakah
pendekatan dua langkah dalam penanganan resiko?
3. Bagaimanakah
metode pendaftaran sementara dalam penanganan resiko?
4. Bagaimanakah
membuat daftar yang telah diperbaiki dalam penanganan resiko?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut
diatas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui pendekatan kualitatif dalam penanganan resiko.
2. Untuk
mengetahui dimensi pendekatan kualitatif dalam penanganan resiko.
3. Untuk
mengetahui pendekatan dua langkah dalam penanganan resiko.
4. Untuk
mengetahui metode pendaftaran sementara dalam penanganan resiko.
5. Untuk
mengetahui cara membuat daftar yang telah diperbaiki dalam penanganan resiko.
1.4 Manfaat
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar
penulis dan pembaca dapat mengetahui pendekatan kualitatif dalam penanganan
resiko.
2. Agar
dapat
menjadi acuan untuk pembuatan karya ilmiah selanjutnya.
1.5 Metodologi Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan
metode pengumpulan data kepustakaan (library
research), yakni mengumpulkan data dari buku-buku dan internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 DIMENSI PENDEKATAN KUALITATIF
Dalam praktek,
disebabkan perubahan-perubahan yang cepat dari lingkungan risiko, perlunya
untuk bereaksi dengan cepat terhadap masalah yang mendesak, dan
keterbatasan-keterbatasan baik yang bersifat kelembagaan maupun yang
berhubungan dengan faktor manusia, maka seringkali manajer risiko pada suatu
waktu terperangkap mengurusi satu bagian saja dari total program manajemen
risikonya. Misalnya manajer mungkin hanya memusatkan perhatiannya pada
kecelakaan industri saja atau pada kerugian-kerugian terhadap pengiriman barang
dengan kapal laut saja. Dalam mencapai
keputusan seperti ini, mereka cenderung mengikuti alasan yang dikemukakan pada
pembahasan sarana dasar manajemen risiko.
Malahan secara
periodik, manajer risiko harus memperluas peninjauannya. Peninjauan ini bisa dilakukan sendiri bisa
dengan bantuan konsultan atau perusahaan asuransi. Dalam bidang lain dari tuan konsultan atau
perusahaan asuransi. Dalan bidang lain
dari manajemen risiko pendekatan cara sistem mendorong perusahaan untuk
mempertimbangkan secara serentak aspek-aspek operasi; manajemen asuransi
hendaknya mengikuti cara itu. Alasan
mengapa harus dilakukan peninjauan filosofi total risiko dan prosedurnya adalah
perlunya untuk membangun kebijaksanaan manajemen risiko yang sejalan dengan
tujuan perusahaan yang bersangkutan dan mengetahui hubungan timbal balik antara
berbagai bidang dan berbagai keputusan bidang resiko.
Tanpa menggunakan
kebijaksanaan seperti itu untuk menuntun
pengambilan keputusan untuk satu segi risiko tertentu, ada kemungkinan gagal
untuk mengenal hubungan timbal balik tersebut.
Disamping itu juga keputusan-keputusan mungkin tidak konsisten, mungkin
pula menerapkan standar yang
berbeda-beda untuk kasus yang bersamaan.
Metode analisis
kualitatif (qualitative analysis method),
yaitu metode analisis risiko yang
menggunakan tabulasi berdasarkan penilaian deskriptif (tinggi, sedang atau
rendah). Pendekatan kualitatif melakukan analisis terhadap potensi dampak
yang dapat terjadi akibat ancaman dari gangguan dan kelemahan, yang akan
dinilai dengan skala tinggi, menengah dan rendah. Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata
atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan
diukur.
Di sisi lain, penilaian
risiko kualitatif lebih berkaitan dengan nilai-nilai intangible, dan berfokus pada variabel dan bukan hanya pada
kerugian moneter. Penilaian risiko kualitatif jauh lebih mudah untuk dilakukan
dan dapat mengidentifikasi daerah berisiko tinggi. Misalnya, Anda perlu
melakukan penilaian risiko untuk menentukan dampak dari menginstal jalur akses
LAN nirkabel dalam organisasi Anda. Hal yang pertama adalah untuk menentukan
kerentanan, ancaman, dan juga risiko menggunakan LAN nirkabel. Kemudian Anda
menentukan apakah risiko tersebut berlaku untuk organisasi Anda dan menentukan
kemungkinan bahwa Anda beresiko. Salah satu risiko menggunakan LAN nirkabel
adalah kemungkinan seseorang mengendus lalu lintas jaringan nirkabel, dan jalur
akses yang salah konfigurasi dapat memungkinkan koneksi klien nakal. Ini adalah
resiko yang nyata yang perlu ditangani. Dapatkah Anda menempatkan nilai moneter
terhadap risiko-risiko ini? Jika seseorang terhubung ke jaringan Anda melalui
jalur akses terbuka, berapa banyak perusahaan anda akan kehilangan biaya dalam
pendapatannya?
Seperti yang dapat Anda
lihat dari contoh ini, analisis risiko kuantitatif dalam situasi ini tidak
cukup bekerja. Pendekatan kualitatif jauh lebih baik, karena kita bisa sampai
pada hasil yang lebih subjektif. Dalam penilaian risiko kualitatif, hasilnya
biasanya dikategorikan sebagai rendah, sedang, atau risiko tinggi kejadian.
Seseorang mengoperasikan jalur akses LAN nirkabel di rumah di pedesaan, di mana
tetangga terdekat berjarak 5 mil, maka risiko akan adanya seseorang yang
mencoba untuk masuk ke jaringannya sangat rendah. Sebuah perusahaan di
tengah-tengah taman berteknologi tinggi, dengan jalur akses yang memungkinkan
koneksi nakal, memiliki risiko tinggi.
PROSES ANALISIS RISIKO
KUALITATIF
Thomas R. Peltier (2001), dalam
bukunya yang berjudul “Information Security Risk Anaysis”, menjelaskan
tahapan pada analisis risiko secara kualitatif, dalam sepuluh proses, meliputi:
1.
Identifikasi batasan analisis (scope)
Proses ini
akan dilakukan penentuan fokus masalah yang akan diselesaikan.
2.
Pembentukan tim.
Pada proses
ini akan dilakukan pembentukan tim yang bisa terdiri dari para ahli, pihak
managemen dan pengguna.
3.
Identifikasi ancaman
Pada proses
ini akan dilakukan pendaftaran beberapa ancaman, berdasarkan hasil observasi
dan tanya jawab, sehingga dapat diketahui ancaman dan kelemahan yang
menyebabkannya.
4.
Prioritas ancaman berdasarkan aset
Pada proses
ini memperhatikan ancaman yang memiliki kecenderungan terjadi dinilai rendah,
menengah atau tinggi.
5.
Identifikasi dampak
Berdasarkan
identifikasi dampak kehilangan, maka dapat dinilai level dampaknya, yang
dinilai dengan rendah, menengah dan tinggi.
6.
Identifikasi sumber resiko
Pada proses
ini akan dilakukan rekapitulasi level ancaman, dampak dan faktor risiko.
7.
Identifikasi kontrol keamanan
Pada proses
ini akan dilakukan identifikasi kontrol dan alat pengamanan yang akan dipilih
berdasarkan ancaman.
8.
Analisis cost-benefit
Proses pada
analisis risiko kualitatif memiliki fungsi yang sama seperti proses pada
analisis risiko, sebagai contoh
penilaian dampak kehilangan yang dilakukan pada analisis risiko
kualitatif, sama dengan tahap analisis
dampak pada penilain risiko, tetapi tahap analisis cost-benefit tidak terdapat
pada analisis risiko, karena analisis tersebut ada pada tahapan risk mitigation.
9.
Level kontrol
10.
Sosialisasi hasil analisis
Melakukan
pembuatan executive summary, yang melaporkan keseluruhan hasil analisis risiko
yang dilakukan.
Gambar 2.1
Analisis Risiko Kualitatif dan Metodologi Analisis risiko
Sumber: Aan Albone (2012)
2.2 PENDEKATAN DUA LANGKAH
Salah satu pendekataan
terhadap perencanaan total risiko adalah suatu prosedur dua langkah yang sering
pula disebut sebagai metode asuransi.
Sesudah manajer risiko mengidentifikasikan dan mengukur kerugian
potensial, maka ia harus menyiapkan
suatu daftar penutupan asuransi (insurance
coverage) yang dirasa paling jitu menutup kerugian ini.
Penutupan dalam daftar
itu dibagi dalam 3 golongan utama atas dasar keparahan kerugian yang ditutup. Kemudian manajer
risiko meninjau kembali kontrak asuransi dalam setiap golongan untuk menetapkan
yang mana di antara kerugian-kerugian ini yang mungkin lebih memuaskan
ditangani dengan cara-cara lain dari
asuransi.
2.3 METODE PENDAFTARAN SEMENTARA
Dalam langkah pertama, manajer
risiko harus menetapkan: pertama, kombinasi penutupan asuransi yang dapat
memberikan perlindungan terbaik terhadap risiko yang dihadapi perusahaan yang
bersangkutan. Dengan asumsi setiap
perusahaan lebih suka membeli pertanggungan asuransi sepanjang jasa asuransi
yang diingini tersedia. Untuk penetapan
ini, pihak manajer risiko harus mengerti kontrak asuransi dan penetapan harga
asuransi. Tujuannya adalah untuk
mengadakan perlindungan yang paling lengkap dengan biaya yang paling
murah. Oleh karena itu, tidak semua
risiko bisa diasuransikan maka dengan membuat daftar ini, manajer risiko akan
lebih waspada bahwa risiko seperti ini, manajer risiko akan lebih waspada bahwa
risiko seperti in harus ditangani dengan cara lain bukan dengan asuransi.
Manajer risiko harus
memilih limit dari kebijaksanaan yang memberi perlindungan, selengkap
mungkin. Umumnya limit kebijaksanaan
dalam daftar sementara ini seharusnya sama dengan kerugian maksimum yang
mungkin (maximum possible loss),
tetapi kadang-kadang kerugian ini melebihi penutupan maksimun yang
tersedia. Kerugian yang melebihi jumlah
maksimun yang tersebut yang tersedia akan ditangani dengan cara-cara lain.
Sesudah manajer risiko
menetapkan kombinasi penutupan yang terbaik dan limit kebijaksanaan, maka ia
membagi kontrak asuransi ke dalam 3 golongan yaitu:
1. Penutupan
yang esensial
Penutupan
yang esensial ialah penutupan yang diwajibkan oleh undang-undang (misalnya
asuransi kompensasi tenaga kerja,
ASTEK), atau yang diwajibkan oleh perjanjian (seperti perjanjian dengan serikat
buruh, perjanjian denga pemberi hipotik, dan sebagainya). Termasuk pula ke dalam golongan ini adalah
perlindungan asuransi terhadap kerugian perusahaan (misalnya kerugian karena
tanggung jawab pada pihak ketiga atau liability losses).
2. Penutupan
yang diinginkan
Kontrak yang diinginkan
yang memberikan perlindungan terhadap kerugian-kerugian yang menghalangi
operasi perusahaan, tetapi barangkali tidaka kan sampai menyebabkan perusahaan
ditutup.
3. Penutupan
yang tersedia
Kontrak
yang tersedia meliputi semua jenis perlindungan yang belum termasuk ke
dalam kedua golongan terdahulu. Kontrak ini meliputi perlindungan terhadap
kerugian-kerugian ringan.
2.4 MEMBUAT DAFTAR YANG TELAH
DIPERBAIKI
Setelah daftar
sementara itu lengkap, manajer risiko lalu meninjau kontrak-kontrak dalam
masing-masing golongan untuk menetapkan yang mana di antara kerugian itu yang
mungkin bisa ditangani lebih memuaskan dengan cara-cara lain. Sebagai contoh
kontrak-kontrak yang dikeluarkan dari golongan yang esensial mungkin meliputi perlindungan
terhadap:
1. Kerugian
yang bisa dipindahkan kepada pihak lain (bukan perusahaan asuransi) dengan biaya yang lebih murah dari premi asuransi.
2. Kerugian
yang bisa dicegah atau dikurangi sedemikian rupa sehingga tidak lagi merupakan
kerugian yang parah.
3. Kerugian
yang terjadi demikian seringnya sehingga kerugian itu dapat diperkirakan dengan
seksama. Dalam hal ini asuransi madiri lebih menarik karena menghemat
pengeluaran.
Dalam membuat
keputusan-keputusan ini manajer risiko dapat menimbang manfaat dari setiap
metode (sarana) yang ada atau dapat menerapkan pendekatan kuantitatif.
Pembahasan di atas
semua berdasarkan jenis kerugian tetapi seperti yang telah dikemukakan pada
pembicaraan “Pengukuran Risiko”, mungkin pula membagi sesuatu jenis kerugian
tertentu kedalam dua (lebih) sub jenis, tergantung atas besarnya kerugian
potensial itu. Sebagai contoh, walaupun “kerugian maksimum yang mungkin” (the maximum possible loss) yang
ditetapkan dari pada suatu jenis tertentu misalnya adalah Rp 1 milyar dank
arena itu penutupan atas kerugian ini merupakan penutupan esensial, maka
kerugian Rp 500.000.- atau kurang dapat diramalkan atau mungkin tidak penting,
sehingga manajer risiko akan memandang jenis asurans ini pada kerugian Rp
500.000,- yang pertama, sebagai asuransi terbaik yang tersedia dengan hanya di
atas jumlah itu yang dipandang sebagai esensial. Jenis asuransi yang dapat
dikurangi (deductible) dan “excess insurance” yang tersedia pada
perusahaan asuransi akan membatasi apa yang bisa dilakukan sepanjang lini ini.
Manajer risiko
cenderung menginginkan jenis analisis yang sama pada penutupan. Kasus bagi
metode non insurance lebih kuat
dengan penghargaan pada penutupan-penutupan ini, sebab-akibat daripada tidak
mengasuransikan tidak akan parah.
Pembelian suatu
asuransi, sebagian ada yang disebabkan oleh service
tertentu yang ditawarkan oleh pihak perusahaan asuransi, dimana service tersebut dipandang oleh manajer
risiko yang bersangkutan bernilai tinggi. Sebagai contohnya pada asuransi kerugian
yang melindungi dinding kaca suatu bangunan, merupakan asuransi yang
prioritasnya rendah, tetapi mungkin karena perusahaan asuransi yang
bersangkutan juga menyediakan jasa perbaikan pemasangan dinding kaca yang
ditanggung itu, manajer risiko tertarik untuk membeli asuransi tersebut.
Asuransi terhadap harta benda yang
relative tidak penting, mungkin bisa menarik bagi manajer risiko jika
preminya, menurut pandangan manajer yang bersangkutan, merupakan harga yang
dapat ditawar. Dengan penghargaan terhadap banyak penutupan yang tersedia,
malahan metode penanganan risiko yang lain akan tampak lebih menyeangkan, akan
memakan biaya yang sedikit untuk penerapannya, atau akan mempunyai manfaat
lain.
Ketiga patokan
klasifikasi ini tidak mengertikan pada manajer risiko suatu titik dasar pada
mana ia seharusnya menarik garis yang mengacu pada pembelian asuransi,
teristimewa jika garis itu harus ditarik di dalam salah satu dari ketiga kelas
itu; tetapi klasifikasi ini menyaranka beberapa prioritas dengan penghargaan
pada pengguanaan dana yang tersedia untuk premi asuransi. Klasifikasi ini juga
memfokuskan perhatian pada konsekuens tidak memakai jasa asuransi.
Kontrak-kontrak
asuransi yang esensial dan di inginkan yang belum dihapuskan dalam pendaftaran
kedua ini seharusnya dibeli jikalau kebutuhan dari dana premi tidak lebih
penting. Asuransi apakah yang akan
merupakan isi kedua kelas ini, tergantung atas beberapa faktor pendukung
seperti berikut ini:
1. Status
ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan
2. Objektif
manajemen resiko perusahaan yang bersangkutan
3. Sifat
daripada exposure
4. Sikap
penolakannya terhadap resiko
5. Ketetapan
pengukuran kerugian potensial
Selanjutnya manajer
resiko mestinya mempertimbangkan tentang apa yang harus dilakukan terhadap
resiko-resiko yang tidak tertulis dalam daftar yang pertama, disebabkan oleh
tidak tersedianya jasa asuransi terhadap kerugian semacam itu. Sebagai akibat dari pendaftaran sementara
dari pada penutupan asuransi adanya kerugian potensial yang tidak bisa
diasuransikan itu, maka manajer resiko seharusnya membuat daftar yang sudah
direvisi yang memperlihatkan bagaimana masing-masing peralatan (metode)
manajemen resiko sebaiknya dipergunakan untuk menangani setiap resiko yang
dihadapi perusahaan yang bersangkutan.
Contoh daftar itu yang sudah dipersingkat diberikan dibawah ini:
A. Penghindaran
(tidak mungkin)
B. Pencegahan
dan pengurangan kerugian
1. Inspeksi
keselamatan harta benda
2. Pemeriksaan
kesehatan secara berkala bagi pegawai-pegawai yang penting.
C. Penanggungan
sendiri
1. Kerugian-kerugian
sampai Rp 1.000.000,- bagi jenis mana saja
2. Kerugian
yang bersifat tanggung gugat (liability) yang melebihi batas yang ditentukan,
diperoleh dari asuransi.
D. Pemindahan
resiko yang bukan kepada asuransi
1. Persetujuan
leasing bagi peralatan dan gedung
E. Asuransi
(dengan Rp 1.000.000,- yang bersifat deductible
sepanjang jasa itu tersedia)
1. Prioritas
pertama (esensial)
a. Asuransi
kompensasi pekerja
b. Asuransi
tanggung gugat (liability) bagi pekerja
c. Asuransi
harta milik atas gedung
2. Prioritas
kedua (bersifat diinginkan)
a. Asuransi
kerusakan kendaraan bermotor
b. Asuransi
ketidakmampuan bagi personal penting
3. Prioritas
ketiga (bila tersedia)
a. Asuransi
kaca jendela dan dinding kaca
b. Asuransi
leasing
Walaupun metode
asuransi yang telah dijelaskan di atas ditujukan pada pendekatan perencanaan
total resiko, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk program manajemen resiko yang
berkenaan dengan sesuatu resiko juga.
Misalnya jika seseorang manajer resiko inign membeli asuransi, maka
berfaedah mengelompokkan asuransi itu atas esensial, diinginkan dan tersedia.
KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN ANALISIS RESIKO KUALITATIF
A.
Kelebihan analisis
resiko kualitatif adalah sebagai berikut.
1.
Perhitungannya sederhana (tidak ada perhitungan).
2.
Tidak perlu menentukan nilai keuangan dari aset.
3.
Tidak perlu mengkuantisasi frekuensi ancaman.
4.
Lebih mudah, dapat melibatkan staf non-security dan
non-teknikal.
5.
Menyediakan fleksibilitas dalam pemrosesan dan pembuatan
laporan.
B.
Kekurangan analisis resiko
kualitatif adalah sebagai berikut.
1.
Bersifat subjektif.
2.
Hasilnya semata-mata bergantung pada
kualitas tim manajemen resiko.
3.
Tidak perlu banyak usaha untuk menentukan nilai
keuangan dari aset yang menjadi target.
4.
Tidak ada dasar untuk analisis cost-benefit dari pengurangan resiko.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis kemukakan
pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dimensi
pendekatan kualitatif
Analisis
kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan
seberapa besar potensi risiko yang akan diukur. Hasilnya misalnya risiko dapat
termasuk dalam: risiko rendah, sedang,
dan tinggi.
2. Pendekatan
dua langkah
Pendekatan
dua langkah sering disebut dengan metode asuransi. Dalam metode asuransi ini, manajer risiko
harus menyiapkan suatu daftar penutupan
asuransi (insurance coverage) yang
dirasa paling jitu menutup kerugian ini.
3. Metode
pendaftaran sementara
Dalam
metode pendaftaran sementara, manajer risiko harus menetapkan kombinasi
penutupan asuransi yang dapat memberikan perlindungan terbaik terhadap risiko
yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan.
4. Membuat
Daftar yang Telah Diperbaiki
Dalam
metode ini, manajer resiko harus membuat daftar yang sudah direvisi yang
memperlihatkan bagaimana masing-masing peralatan atau metode dari manajemen
resiko sebaiknya dipergunakan untuk menangani setiap resiko yang dihadapi oleh
perusahaan yang bersangkutan.
3.2 Saran
Penulis sadari bahwa pokok-pokok pikiran yang
penulis sampaikan dalam maakalh ini belum lengkap dan belum operasional, bahkan
mungkin belum dapat menjelaskan secara menyeluruh, namun paling tidak makalah
ini dapat memberikan masukan dan suatu harapan bahwa makalah ini dapat
memberikan pemaparan dan motivasi untuk mengkaji lebih dalam tentang pendekatan
kualitatif dalam penanganan resiko.
DAFTAR
PUSTAKA
Albone,
Aan. 2011. Aspek
Kuantitatif dan Kualitatif pada Metodologi Analisis Risiko Teknologi Informasi
(on-line). Http://aanalbone.wordpress.com/
2011/01/24/aspek-kuantitatif-dan-kualitatif-pada-metodologi-analisis-risiko-teknologi-informasi/.
(Diakses tanggal 24 Januari 2011).
Albone,Aan.
2011. Prinsip Dasar Manajemen Resiko
(Risk Management): Program Studi S2 MKM
Kelas E-Learning Mata Ajaran K3 (on-line). Http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCkQFjAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.ui.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fusers%2Fbian%2Fmaterial%2Fsesi3manajemenrisikok3.doc&ei=ooNYU67EFIbGrAen14DQCw&usg=AFQjCNEId5aIe1Za7h6qREJqTf4X1BdR6w&bvm=bv.65397613,d.bmk.
(Diakses 2011).
Simanjuntak,
Hakim. 2013. Pengertian Resiko dan Ancaman (on-line). Http://searchglobalonline.blogspot.com/2013/02/pengertian-resiko-dan-ancaman.html. (Diakses Februari 2013).
Sumayoko. 2012. Manajemen Risiko dan Audit (on-line). Http://sumayoko.blogspot.com/2012/12/manajemen-risiko-dan-audit.html.
(Diakses Desember 2012).
Wikipedia.
2013. Risiko (on-line). Http://id.wikipedia.org/wiki/Risiko
(Diakses tanggal 7 April 2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar